Di SMA Bulan Bintang (Emang ada ya?? *abaikan), terdapat 5
sahabat. Mereka adalah Bertus, Bencong, Namo, Cueng, dan Sepet. Mereka telah
bersahabat sejak kecil. Ya, rumah mereka berdekatan jadi kemana-mana selalu
bersama. Selain itu, takdir juga sepertinya sangat menginginkan mereka terus
bersama. Sejak TK hingga sekarang kelas 2 SMA, mereka 1 sekolah bahkan sekelas.
Mereka memiliki karakter yang berbeda-beda. Tapi itu yang membuat hubungan
mereka makin erat. Mereka saling melengkapi 1 sama lain. Sungguh, persahabatan
yang mereka jalin sangat indah. Inilah kisah persahabatan mereka....
"Cueng!! Ayo cepetan nanti telat nih." Omel Bencong yang sudah
lelah menunggu Cueng. 3 sahabatnya yang lain hanya tersenyum kecil.
"Iya
iya bentar napa. Tadi kan adik aku nyembunyiin sepatuku makanya lama kan musti
nyari dulu." Cueng membela dirinya.
"Ya
udah buruan pakai sepatunya. Udah jam 06.40 nih. Gak mau telat kan?" Ujar Sepet. Cueng hanya menggeleng dan
bergegas mengambil sepedanya di garasi. 5 sahabat itu segera mengayuh sepeda
mereka menuju ke sekolah.
"Huft... untung aja pagarnya belum ditutup." Kata Bertus lega.
"Iya.
Gara-gara Cueng lelet kayak siput nih..." Keluh Namo. Bertus, Bencong, dan
Sepet hanya tertawa sedangkan Cueng langsung ngambek.
"Iiiihh... Namo jahat! Masa aku keren begini disamain sama siput?
Udah ah kesel lama-lama." Cueng langsung berjalan ke kelas.
"Jiah,
ngambek dia. Udah yuk kita susulin." Ajak Bencong yang diangguki oleh
Bertus, Sepet, dan Namo. Mereka berempat segera menuju ke kelas menyusul Cueng
yang sudah duluan.
"Weng,
jangan ngambek dong. Aku minta maaf deh..." Pinta Namo begitu sampai kelas
dan melihat Cueng masih cuek dan ngambek gara-gara dia.
"Udah
lah Weng, ga usah ngambek gitu. Tadikan cuma bercanda aja si Namo." Kata
Bertus sambil duduk dibangkunya, di samping Cueng.
"Iya
La, tadi aku cuma bercanda kok. Jangan ngambek ya! Please..." Pinta Namo
lagi. Dia memasang tampang melasnya yang membuat Cueng ingin tertawa.
"Hahaha
tampang kamu lucu banget Mo. Beneran kayak kucing minta dikasih makan. Hehe...
aku maafin kok. Lagian tadi juga aku cuma bercanda aja ngambeknya. Ga mungkin
aku marah beneran sama sahabat-sahabat terbaik aku." Jawab Cueng sambil
mencubit pipi Namo yang sekarang cemberut.
"Pipi
aku bukan kue cubit tau. Lagian kalau mau nyubit pipi Bencong aja tuh yang
tembem kayak bakpau." Namo menunjuk Bencong yang sedang menulis di buku
harian yang selalu di bawanya. Bencong langsung menutup pipinya dengan kedua
tangan.
"Yeee
enak aja. Kalau mau nyubit pipi aku bayar dulu..." Ujar Bencong. Keempat
sahabatnya hanya tertawa saja. Tak lama, Bu Lis masuk ke kelas XI.
Istirahat...
"Pak
Yana tega banget sih ngasih tugas setumpuk gitu sama kita? Sampe 150 soal coba.
Aku kan ga ngerti sama sekali." Keluh Sepet. Dia memang nilai akademiknya
paling rendah diantara mereka ber-5.
"Iya.
Pet tau apa kalau kita udah banyak tugas dari Bu Lis?" Tambah Bencong.
Cueng hanya geleng-geleng kepala.
"Kan
Pak Yana kasih tugas banyak supaya kita belajar terus jadi anak pintar."
Nasihat Cueng.
"Ya
kamu kan pinter Weng. Wajar aja kamu ga protes. Toh kamu juga bisa ngerjain
semuanya ya kan? Kalo kita kan ga ngerti Weng." Jawab Bertus yang
disetujui oleh yang lain. Cueng hanya cengar-cengir ga jelas.
"Hehe...
iya-iya jangan pada mojokin Cueng. Nanti pulang sekolah kita kerjain bareng aja
mau ga?" Tawar Sepet. Yang lain langsung tersenyum senang dan mengangguk.
"Eh,
ini kita ngobrol aja nanti waktu istirahatnya abis loh. Ke kantin yuk. Aku
laper nih." Ajak Namo.
"Dasar,
makan aja yang dipikirin. Udah gendut Dit jangan ditambah lagi..." Ledek
Sepet. Cueng, Bencong, dan Bertus langsung tertawa.
"Biarin
gendut yang penting sehat. Lagian, makan itu kebutuhan penting buat kita tau.
Kalau kalian ga mau juga ga papa. Aku bisa ke kantin sendiri" Namo membela
diri dan langsung menuju kantin meninggalkan keempat sahabatnya yang saling
pandang lalu menyusulnya.
"Hey,
ngambek nih ceritanya?" Goda Sepet.
"Dih
enggak sih aku ga ngambek. Haha... akhirnya ikut ke kantin jug kan?" Tawa
Namo.
"Dikira
kamu marah Dit. Ya udah ayo ke kantin." Ajak Bertus. Akhirnya mreka pergi
ke kantin bersama,
"Eh
iya, nanti jadi ngerjain PR bareng?
Jadinya di rumah siapa?" Tanya Bencong. Yang lain hanya mengangguk.
"Jadi
kok tapi belum tau mau di rumah siapa. Enaknya di rumah siapa?"
Jawab+tanya Cueng.
"Hmm...
Di rumah Bertus aja yuk! Rumah Bertus kan yang paling luas tuh. Lagian juga di
rumah Bertus ga ada anak kecil jadi ga ganggu." Usul Sepet. Bertus yang
sedang meminum jus jeruk yang dipesannya langsung tersedak.
"Uhukk
uhukk..." Bertus batuk-batuk karna tersedak(-_-).
"Aduh
Tus, kamu kenapa sih? Aku salah ngomong ya? Maaf deh kalau aku salah
ngomong." Kata Sepet. Bertus menggeleng pelan.
"Ga kok
kamu gak salah ngomong Pet. Itu tadi ada anak kelas 7 yang lucu banget
tingkahnya. Makanya aku tersedak soalnya nahan ketawa pas minum hehe..."
Jawab Bertus sambil nyengir.
"Oh
kirain kenapa. Oh iya jadi gimana Tus, bisa kan kalau di rumah kamu?"
Tanya Namo memastikan.
'Aduh,
gimana nih? Ga mungkin kalau di rumah nanti bisa ketauan temen-temen. Gimana
nolaknya ya?' Batin Bertus.
"Hey
Tus, kok malah ngelamun? Gimana bisa ga?" Cueng mengulangi pertanyaan
Namo. Bertus langsung tersadar dari lamunannya.
"Eh ga
papa kok. Sorry ya ga bisa di rumah gue. Soalnya... soalnya lagi dibenerin
kamar mandinya jadi berisik. Kan ga enak kalau belajar keadaannya berisik
gitu." Jawab Bertus sedikit gugup. Tapi sepertinya empat sahabatnya itu
tak begitu memperhatikan kegugupan Bertus dan mereka langsung percaya.
"Oh
gitu... kalau gitu di rumah Cueng aja kalau gitu. Gimana ?" Usul Bencong.
Bertus bernafas lega karena 4 sahabatnya ini percaya akan alasannya.
"Mmmm... Ya udah deh. Lagian kata Mama nanti Mama mau pergi ke
rumah saudara di Bogor. Kalau gitu pasti si Fira (Adik Cueng) mah diajak. Papa
juga masih di Batam. Ya udah deh di rumahku aja." Cueng menyetujui usul
Bencong. Akhirnya mereka sepakat akan menerjakan PR di rumah Cueng.
*****
"Weng,
yang ini jawabannya apaan sih? Keder nih soal ngejebak banget. Jawabannya kagak
ada di buku Weng." Tanya Bencong.
"Ih
Bencong, ini tuh jawabannya di halaman 69. Kamu nyarinya gimana sih? Aku aja
dapet jawabannya masa kamu enggak?" Kata Cueng geregetan soalnya dari tadi
Bencong nanya terus.
"Ya
maaf Weng. Kan aku ga tau hehe... makasih ya!" Jawab Bencong lalu kembali
menekuni 150 soal yang diberikan Pak Yana. Cueng hanya geleng-geleng kepala
lalu menoleh ke sahabatnya yang lain. Dilihatnya Sepet yang sibuk dengan HP-nya
karena udah pusing ngerjain soal setumpuk itu. Namo yang lagi sibuk sama
soal-soal yang ada. Tapi pandangan Cueng terhenti pada Bertus yang sedang
melamun.
"Huft... gimana ya sekarang keadaannya?" Gumam Bertus.
"Tus,
kamu kok ngelamun sih? Ngelamunin apaan? Itu udah selesai tugasnya?" Tanya
Cueng bertubi-tubi. yang lain langsung menghentikan aktifitasnya dan menatap
mereka berdua.
"Ga kok
aku ga papa. Ini udah hampir selesai." Jawab Bertus sambil menekuni
kembali soal-soal yang ada di hadapannya.
"Beneran? Dari tadi aku juga liatin kam..." Omongan Bencong
terpotong oleh bunyi HP Bertus.
"Eh
maaf sebentar ya." Bertus mengangkat telepon. "Halo... Iya... Lagi
dirumah Cueng ngerjain tugas. kenapa Bund?... Apa? Bunda bercanda kan?... Oke
aku kesana sekarang juga..." Kata Bertus via telepon dengan Bundanya.
"Ada
apa Tus?" Tanya Namo dan Sepet bersamaan. Bertus hanya menggeleng dan
membereskan barang-barangnya.
"Ga ada
apa-apa kok. Aku di suruh Bunda pulang. Aku duluan ya temen-temen. Sampai
ketemu besok di sekolah bye..." Pamit Bertus lalu pergi meninggalkan rumah
Cueng. Sahabat-sahabatnya hanya terheran-heran melihat tingkah Bertus yang
tidak biasa ini.
"Kok
Bertus aneh banget ya? Kalian ngerasa ada yang beda ga sama Bertus?" Tanya
Cueng.
"Iya.
Dari tadi pagi aku juga udah ngerasa ada yang aneh sama Bertus. Tadi pas mau
jemput kamu dia ngelamun terus. Seharian ini dia begitu. Bukan Bertus banget
ini mah." Jawab Sepet.
"Apa
Bertus lagi ada masalah ya?" Tanya Bencong.
"Ga tau
juga sih. Udahlah nanti juga dia cerita kalau ada masalah. Ayo kita
lanjutin." Kata Namo. Yang lain mengangguk setuju dan melanjutkan
mengerjakan PR IPS itu.
*****
"Bund,
gimana keadaan Papa?" Tanya Bertus khawatir begitu sampai ke RS Kasih Papa.
Terlihat Bunda Bertus sedang menangis.
“hiks...
Bunda ga tau Tus. Dok... ter lagi meriksa Papa hiks hiks..." Tangis Bertus
Bertus sambil memeluk anak semata wayangnya itu.
*****
Sudah 1
minggu Papa Bertus dirawat di rumah sakit. Selama itu, Bertus jadi jarang
berkumpul bersama sahabat-sahabatnya. Tiap pulang sekolah, Bertus langsung
menjenguk Papanya di rumah sakit. Oleh karena itu, setiap diajak pulang bersama
atau mengerjakan tugas bersama, Bertus pasti menolak. Ia juga tidak berangkat
bersama teman-temannya lagi. Itu karena dia harus ke rumah sakit dulu sebelum
ke sekolah untuk mengantarkan makanan untuk Bundanya. Walau Bunda Bertus telah
meminta Bertus untuk berhenti melakukan itu, Bertus bersikeras untuk tetap
membawakan makanan untuk Bundanya. Tak jarang Bertus terlambat datang ke
sekolah. Dia belum juga bercerita masalahnya dengan sahabat-sahabatnya.
"Tus,
Bertus!!" Panggil Sepet saat pulang sekolah. Bertus menoleh.
"Ada
apa Sepet?" Tanya Bertus sambil melihat Jam yang melingkar di tangan
kirinya dengan wajah cemas.
"Jadi
gini Tus. Sejak 2 hari lalu kan adikku, Risa, sakit tifus dan dirawat di rumah
sakit. Rencananya nanti yang lain mau jenguk. Kamu ikut kan?" Tawar Sepet.
"Sorry
Ran, aku ga bisa. Aku ada urusan. Sekali lagi maaf ya. Aku titip salam aja deh
buat Risa. Eh aku duluan ya!" Pamit Bertus lalu pergi meninggalkan Sepet
yang terlihat kecewa.
*****
"Huh!
Si Bertus keterlaluan ya. Emangnya kita ada salah apa sih sama dia? Kok
kayaknya beberapa hari ini dia jauhin kita? Diajak jenguk Risa dia juga ga mua.
Sebenernya dia kenapa sih? Apa dia udah ga mau sahabatan sama kita lagi?"
Omel Bencong pada entah siapa begitu sampai RS Kasih Papa, tempat Risa dirawat.
"Udahlah Yas jangan marah-marah. Tadi Sepet bilang dia ada urusan
makanya ga bisa ikut." Jelas Namo. Sebelum Bencong menjawab, Cueng
memotongnya.
"Eh?
Itu bukannya Bertuse ya? Ngapain dia disini?" Tanya Cueng sambil menunjuk
Bertus yang sedang menelpon dengan wajah cemas.
"Iya
itu Bertus. Samperin yuk." Ajak Sepet. Yang lain mengangguk dan langsung
berlalu menuju kearah Bertus.
"Maaf
pak. Saya mohon maaf sekali. Tapi Papa saya sedang sakit. Mohon maklumi
itu." Terdengar suara Bertus meminta maaf pada orang yang diteleponnya.
"Sakit? Papa kamu sakit Tus?"
Tanya Bencong tiba-tiba. Bertus yang terkejut langsung mematikan teleponnya.
"Kalian
ngapain disini?" Tanya Bertus panik.
"Jawab
pertanyaan kita. Papa kamu sakit? Sejak kapan?" Tanya Cueng mengulang
pertanyaan Bencong.
"Hhh...
Iya Papa aku sakit sejak 2 minggu lalu. Penyakit jantungnya kambuh. Sorry aku
ga kasih tau kalian. Aku ga mau buat kalian repot aja." Jawab Bertus. Dia
menunduk. Takut sahabat-sahabatnya marah. Tapi ternyata tidak. Mereka malah
memeluk Bertus.
"Ya
ampun Tus. Kenapa kamu ga cerita? Kita ga ngerasa direpotin kali. Kita kan
sahabat kamu. Lain kali kalau ada masalah kamu cerita ya?" Pesan Namo
sambil melepas pelukannya.
"Iya.
Makasih ya. Kalian memang sahabat terbaik aku!" Ujar Bertus sambil memeluk
keempat sahabatnya.
Out Of Topic Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show EmoticonHide Emoticon